Menu

Rabu, 19 Februari 2014

Terbitlah Matahariku

Terbitlah Matahariku
Oleh: Mohamad Bejo


Langit semakin gelap mengumpulkan tentara-tentara mendung melintas angkasa. Kulihat mereka seakan ingin menangis turut berduka menunjukkan kasihannya pada masalah yang sedang kuhadapi ini. Kutancap gas motorku setelah selesai mengerjakan ujian try out di sekolahku. Hatiku terpotong-potong oleh soal-soal yang memusingkan dan menaburkan bintang-bintang kejora di otakku.
Dalam perjalanan pulangku, kupandang langit yang semakin menghitam. Aku takut jika tangisan kesedihannya mengenaiku. Kupercepat gas tanpa menghiraukan sekeliling. Kulalui jalan dengan luka hati yang tak tahu obatnya. Bagaimana tidak, jika seorang putus cinta, obatnya bisa jalin cinta lagi. Kalau orang sakit kanker bisa pergi ke dokter. Bila tak punya uang untuk makan aku pikir bisa mendapatkannya walau harus dengan meminta-minta. Tapi penyakitku lain, penyakit kebodohan dan tulalit yang tak kunjung usai.

Senin, 17 Februari 2014

Yasȋn, Menguak Esensial Sains Dan Teologi Keilmuan Islam

Yasȋn, Menguak Esensial Sains
Dan Teologi Keilmuan Islam
Oleh: Mohamad Bejo, Lc.



Pendahuluan
Galileo Galilei, nama itu mungkin akan mengingatkan kita pada seorang ilmuwan yang telah dihukum oleh pihak Gereja Eropa karena mempertahankan sains yang secara dzohir-nya bertentangan dengan ajaran agama kristen waktu itu[1]. Tak luput cerita Sokrates yang terpaksa lebih memilih minum racun daripada mengikuti dan mempercayai kehendak bangsa Yunani tentang ketuhanan mereka. Kenyataan itu mungkin adalah salah satu gambaran bagaimana ilmu pengetahuan itu berbenturan dengan teologi yang dianut oleh sekelompok masyarakat.
Secara rasional, jika suatu ajaran itu benar-benar hakiki maka tidak mungkin akan berbenturan dengan ilmu pengetahuan. Hal ini karena, apabila ajaran ketuhanan itu menjelaskan tentang bagaimana penciptanya membuat alam ini, maka ketika akal manusia ingin menemukan hakikat itu tidaklah mungkin aka berbenturan antara keterangan pembuat dengan hasil buatannya. Tidak lah mungkin Tuhan akan salah atau berbohong tentang proses bagaimana dia menciptakan alam ini. Apa yang kurang dari kekuasaan Tuhan sehingga dia harus berbohong atau salah? Tentunya tidak ada, bahkan dalam Alquran banyak sekali statemen yang mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan ayat kedua setelah ayat literatur tertulis Alquran, yang menunjukkan akan esensial ketuhanan yang Esa.

Kamis, 16 Januari 2014

Kembang Tujuh Rupa

Kembang Tujuh Rupa


"Sudah aku bilang berkali-kali 'politik itu kejam', lebih kejam daripada setan",
Darsono merundukkan kepalanya. Segunduk gudang penyesalan mengempul memenuhi dadanya karena telah ceroboh bertindak. Impian yang ia cita-citakan sudah hilang dalam sekejap di hitungan biji-biji suara hari senin kemarin, pukul setengah tiga sore, saat tiga calon bertengger gagah di panggung untuk dipilih menjadi calon bakal lurah yang akan memimpin desa lima tahun ke depan. Darsono kalah.
"Kalau sudah begini mau apalagi kau??" Bentak Sarmo, mertua Darsono.
Mulai sejak awal mula, Sarmo memang sudah tidak setuju jika menantunya ikut-ikutan adu politik, bersaing dengan juragan-juragan tanah desa. Kejujuran saja masih belum cukup untuk meraih tampuk kursi kemegahan lurah. Masih ada satu penyakit yang menulang pada seluruh penduduk desa  ini. Penyakit mata duitan yang menuntut suap sana, suap sini. Penyakit itu seakan sudah terkontaminasi menjadi bagian tulang pada kebanyakan pikiran-pikiran orang-orang desa. Tak cuma orang awam, kiai saja harus disodok mulutnya agar mau menutur manis tentang calon di muka masyarakat, dan ironisnya mereka meminta harga. Inilah yang membuat Darso miskin.