Terbitlah Matahariku
Oleh: Mohamad Bejo
Langit semakin gelap mengumpulkan tentara-tentara mendung melintas
angkasa. Kulihat mereka seakan ingin menangis turut berduka menunjukkan
kasihannya pada masalah yang sedang kuhadapi ini. Kutancap gas motorku setelah
selesai mengerjakan ujian try out di sekolahku. Hatiku
terpotong-potong oleh soal-soal yang memusingkan dan menaburkan bintang-bintang
kejora di otakku.
Dalam perjalanan pulangku, kupandang langit yang semakin menghitam. Aku
takut jika tangisan kesedihannya mengenaiku. Kupercepat gas tanpa menghiraukan
sekeliling. Kulalui jalan dengan luka hati yang tak tahu obatnya. Bagaimana
tidak, jika seorang putus cinta, obatnya bisa jalin cinta lagi. Kalau orang
sakit kanker bisa pergi ke dokter. Bila tak punya uang untuk makan aku pikir
bisa mendapatkannya walau harus dengan meminta-minta. Tapi penyakitku lain,
penyakit kebodohan dan tulalit yang tak kunjung usai.