Chapter 2
Gadis Itu!
Oleh: Bahrul Jalil
“kamu saja,
kak!”
“eh..eh.. disuruh
kakaknya kok malah menyuruh?! Cepat, sebelum kambing-kambing kita kemalaman”
perintah seorang gadis.
“kisanak…”
“maaf
kisanak… “
Seorang
pemuda, adik gadis itu membangunkan seseorang yang sedang tertidur kelelahan di
bawah sebuah pohon.
“ada apa?” Tanya
lelaki itu bangun.
“aku ingin
meminjam pedangmu sebentar untuk merapikan kayu-kayu kami. Bolehkan kami
meminjamnya?”
“pedangku? Silahkan
saja jika kau bias”.
Pengembala
kambing itu lalu memegang pedang yang pengembara itu namun aneh, pedangnya
terasa berat. Tidak bergerak sama sekali ketika hendak diangkat.
“Barron,
cepat! Masak Cuma pinjam pedang saja lama banget?!” teriak gadis, kakak karta
dari kejauhan mengumpulkan kayu bakar sambil mengawasi kambing-kambing mereka.
“pedangnya
berat sekali kak!!”
“ah, jangan
bercanda” gadis itu melepas kayu-kayu yang dikumpulkannya dan dating menuju
karta ingin mengambil pedang.
“pedang
ringan kayak begini kok dibilang berat”
Sang
pendekar pemilik pedang pun tiba-tiba kaget.
“tunggu”
ucap pendekar itu, “siapa kau?”
“aku?” “aku
pengembala kambing-kambing itu dan pencari kayu bakar yang akan kujual nanti di
pasar”
“bukan itu
maksudku. Kau anak siapa?” Tanya pendekar tak dikenal itu.
Gadis itu
berpaling diam membawa pedang dan menggunakannya untuk mematong kayu-kayu yang
telah ia kumpulkan.
“sudah, ini….
Terima kasih.” Gadis itu mengembalikan pedang yakla.
“tunggu
dulu!!” yakla dengan cepat memegang erat tangan gadis itu.
“aduh..”
jerit gadis itu,”lepaskan aku… sakit tahu!!”
“aku Tanya
sekali lagi, siapa kau sebenarnya??” paksa yakla.
“lepaskan!!!”
gadis itu mengibaskan tangannya melepas cengkraman yakla, “aku? Aku anak gadis
dari desa yang di sana itu” jawab gadis itu dengan nada sebal.
“ayo kak,
cepat, keburu pasarnya sepi nanti”
Gadis itu
dan adiknya bergegas meninggalkan lapangan. Kambing digiring gadis itu
sedangkan adiknya memikul kayu bakar yang hendak ia jual nanti di pasar. Yakla,
sedang yakla dengan penuh keanehannya melihat gadis itu, ia membuntuti dari
belakang.
“kenapa kau
mengikuti kami?” bentak gadis itu sinis.
“tidak
sebelum aku tahu siapa kamu sebenarnya” jawab yakla.
Sudahlah
kak, jangan cari masalah dengan pendekar, bias-bisa kalau dia marah kita malah
dibunuh nanti.
“persetan
dengan pendekar. Mereka hanya bias saling bunuh membunuh saja” gadis itu seakan
tak menggubris.
Sampai di
pasar, yakla pun masih menunggui gadis dan adiknya itu. Hingga hari Nampak
begitu senja ahirnya mereka mengemas sisa kayu dan mengambil kambing gembalaan
mereka yang dititipkan pada kerabat mereka dekat pasar. Hanya beberapa kambing
saja.
Sampai di
rumah. Gadis dan adiknya itu ahirnya berhenti di sebuah rumah yang agak jauh
dari perkotaan dan dekat dengan hutan. Yakla mengawasi mereka masuk pintu. Gadis
itu pun tolah-toleh ke kanan dan kiri sebelum pintu di bukakan karena takut
laki-laki yang ia temui tadi dilapangan berbuat jahat.
“tadi kami
diikuti oleh seorang pendekar laki-laki ayah” ucap gadis itu.
“apa?” orang
setengah tua itu kaget dan tiba-tiba sangat panik.
“ayo cepat
kalian sebaiknya bersembunyi. Aku takut nyawa kalian terancam!”
“ayah, ada
apa? Tak seperti biasanya ayah begitu”
“hellen,
turuti saja kata ayah!!” ucap orang setengah tua itu, “barron, bawa kakakmu
bersembunyi dan jaga dia walau nyawamu taruhannya!!”
“apa?? Bukannya
kakak yang biasanya melindungi aku, ayah??”
“sudahlah,
cepat bersembunyi!!?”
Tiba-tiba
dari arah pintu terdengar suara ketukan. Dengan cepat ayah kedua anak itu
mengambil pedang di dinding rumah, bersiaga terhadap ancaman yang ia takutkan.
Suara
ketukan pintu itu masih saja terdengar.
“jika itu
orang jahat, pastilah akan mendobrak pintu. Coba kubuka saja. Mungkin itu
tetangga”
Ayah gadis
itu pun membuka pintu. Tiba-tiba secepat kilat ia mengambil kuda-kuda dan siap
menghunuskan pedang setelah terlihat ternyata di depan pintu ada bayangan yang
membawa pedang.
“amran!!!”
bayangan itu bersuara, “ini aku yakla!”
Tanpa piker
panjang ayah gadis itu menyerang dengan hunusan pedangnya kea rah bayangan itu.
“amran,
tunggu dulu!! Ini aku yakla, penjaga putrid raja!!”
“yakla???”
orang setengah tua yang dipanggil amran itu sedikit demi sedikit berhenti dari
amarahnya. Ia mendekat dan memperhatikan wajah tamu tak dikenalnya itu. Setelah
ia perhatikan tiba-tiba amran merangkul yakla dengan kuat.
“syukur puji
bagi tuhan, kukira kau ikut terbunuh malam itu.”
“tidak. Aku
selamat”
“kau sudah
sebesar ini yakla. Kemana saja kau setelah kejadian malam itu??” Tanya amran
mengajal yakla masuk.
“ceritanya
panjang”
“ayo duduk
dulu” amran, ayah gadis itu lega, “Hellen!! Barron!! Ayo kalian cepat keluar!!
Hellen dan
baron pun dating.
“iya, orang
ini ayah yang mengikuti kami di pasar” kata baron.
“ah, ayah
bagaimana, orang begini saja ditakuti” Hellen sinis.
“Hellen, kau
tahu dia siapa??”
Hellen diam
saja.
“dia adalah
yakla yang sering menjaga kamu ketika masih kecil dulu!”
“apaaaa???”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar