Menu

Jumat, 04 September 2015

Pendekar Nagasukma - Gadis Itu!

Chapter 2

Gadis Itu!
Oleh: Bahrul Jalil



“kamu saja, kak!”
“eh..eh.. disuruh kakaknya kok malah menyuruh?! Cepat, sebelum kambing-kambing kita kemalaman” perintah seorang gadis.
“kisanak…”
“maaf kisanak… “
Seorang pemuda, adik gadis itu membangunkan seseorang yang sedang tertidur kelelahan di bawah sebuah pohon.
“ada apa?” Tanya lelaki itu bangun.
“aku ingin meminjam pedangmu sebentar untuk merapikan kayu-kayu kami. Bolehkan kami meminjamnya?”
“pedangku? Silahkan saja jika kau bias”.
Pengembala kambing itu lalu memegang pedang yang pengembara itu namun aneh, pedangnya terasa berat. Tidak bergerak sama sekali ketika hendak diangkat.


“Barron, cepat! Masak Cuma pinjam pedang saja lama banget?!” teriak gadis, kakak karta dari kejauhan mengumpulkan kayu bakar sambil mengawasi kambing-kambing mereka.
“pedangnya berat sekali kak!!”
“ah, jangan bercanda” gadis itu melepas kayu-kayu yang dikumpulkannya dan dating menuju karta ingin mengambil pedang.
“pedang ringan kayak begini kok dibilang berat”
Sang pendekar pemilik pedang pun tiba-tiba kaget.
“tunggu” ucap pendekar itu, “siapa kau?”
“aku?” “aku pengembala kambing-kambing itu dan pencari kayu bakar yang akan kujual nanti di pasar”
“bukan itu maksudku. Kau anak siapa?” Tanya pendekar tak dikenal itu.
Gadis itu berpaling diam membawa pedang dan menggunakannya untuk mematong kayu-kayu yang telah ia kumpulkan.
“sudah, ini…. Terima kasih.” Gadis itu mengembalikan pedang yakla.
“tunggu dulu!!” yakla dengan cepat memegang erat tangan gadis itu.
“aduh..” jerit gadis itu,”lepaskan aku… sakit tahu!!”
“aku Tanya sekali lagi, siapa kau sebenarnya??” paksa yakla.
“lepaskan!!!” gadis itu mengibaskan tangannya melepas cengkraman yakla, “aku? Aku anak gadis dari desa yang di sana itu” jawab gadis itu dengan nada sebal.
“ayo kak, cepat, keburu pasarnya sepi nanti”
Gadis itu dan adiknya bergegas meninggalkan lapangan. Kambing digiring gadis itu sedangkan adiknya memikul kayu bakar yang hendak ia jual nanti di pasar. Yakla, sedang yakla dengan penuh keanehannya melihat gadis itu, ia membuntuti dari belakang.
“kenapa kau mengikuti kami?” bentak gadis itu sinis.
“tidak sebelum aku tahu siapa kamu sebenarnya” jawab yakla.
Sudahlah kak, jangan cari masalah dengan pendekar, bias-bisa kalau dia marah kita malah dibunuh nanti.
“persetan dengan pendekar. Mereka hanya bias saling bunuh membunuh saja” gadis itu seakan tak menggubris.
Sampai di pasar, yakla pun masih menunggui gadis dan adiknya itu. Hingga hari Nampak begitu senja ahirnya mereka mengemas sisa kayu dan mengambil kambing gembalaan mereka yang dititipkan pada kerabat mereka dekat pasar. Hanya beberapa kambing saja.
Sampai di rumah. Gadis dan adiknya itu ahirnya berhenti di sebuah rumah yang agak jauh dari perkotaan dan dekat dengan hutan. Yakla mengawasi mereka masuk pintu. Gadis itu pun tolah-toleh ke kanan dan kiri sebelum pintu di bukakan karena takut laki-laki yang ia temui tadi dilapangan berbuat jahat.
“tadi kami diikuti oleh seorang pendekar laki-laki ayah” ucap gadis itu.
“apa?” orang setengah tua itu kaget dan tiba-tiba sangat panik.
“ayo cepat kalian sebaiknya bersembunyi. Aku takut nyawa kalian terancam!”
“ayah, ada apa? Tak seperti biasanya ayah begitu”
“hellen, turuti saja kata ayah!!” ucap orang setengah tua itu, “barron, bawa kakakmu bersembunyi dan jaga dia walau nyawamu taruhannya!!”
“apa?? Bukannya kakak yang biasanya melindungi aku, ayah??”
“sudahlah, cepat bersembunyi!!?”
Tiba-tiba dari arah pintu terdengar suara ketukan. Dengan cepat ayah kedua anak itu mengambil pedang di dinding rumah, bersiaga terhadap ancaman yang ia takutkan.
Suara ketukan pintu itu masih saja terdengar.
“jika itu orang jahat, pastilah akan mendobrak pintu. Coba kubuka saja. Mungkin itu tetangga”
Ayah gadis itu pun membuka pintu. Tiba-tiba secepat kilat ia mengambil kuda-kuda dan siap menghunuskan pedang setelah terlihat ternyata di depan pintu ada bayangan yang membawa pedang.
“amran!!!” bayangan itu bersuara, “ini aku yakla!”
Tanpa piker panjang ayah gadis itu menyerang dengan hunusan pedangnya kea rah bayangan itu.
“amran, tunggu dulu!! Ini aku yakla, penjaga putrid raja!!”
“yakla???” orang setengah tua yang dipanggil amran itu sedikit demi sedikit berhenti dari amarahnya. Ia mendekat dan memperhatikan wajah tamu tak dikenalnya itu. Setelah ia perhatikan tiba-tiba amran merangkul yakla dengan kuat.
“syukur puji bagi tuhan, kukira kau ikut terbunuh malam itu.”
“tidak. Aku selamat”
“kau sudah sebesar ini yakla. Kemana saja kau setelah kejadian malam itu??” Tanya amran mengajal yakla masuk.
“ceritanya panjang”
“ayo duduk dulu” amran, ayah gadis itu lega, “Hellen!! Barron!! Ayo kalian cepat keluar!!
Hellen dan baron pun dating.
“iya, orang ini ayah yang mengikuti kami di pasar” kata baron.
“ah, ayah bagaimana, orang begini saja ditakuti” Hellen sinis.
“Hellen, kau tahu dia siapa??”
Hellen diam saja.
“dia adalah yakla yang sering menjaga kamu ketika masih kecil dulu!”

“apaaaa???”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar