ARTI KEMBALI KE ZAMAN KEEMASAN
Oleh : Mohamad Bejo
Banyak kita temukan dewasa ini beberapa
ide-ide nyleneh, bahkan juga sempat membikin onar. Jeleknya lagi saat
ide itu menyalahi aturan agama yang secara jelas menjadi petuah syar'I dengan
nash-nash yang jelas. Yang menjadi lebih sadis lagi ketika ada sebagian orang
muslim yang lebih mengunggulkan teori-teori dari semisal Einstine Newton, Aristoteles,
Plato, namun dia lupa dan lalai dengan ulama-ulama mereka sendiri yang bahkan
terbilang lebih unggul dari mereka dalam segi rasoinalisasi dalil dan
aplikasinya.
Banyak
orang-orang dari kalangan muslim sendiri yang lebih suka mencetuskan kata-kata
ucapan Einstine atau yang lainnya dengan alasan mereka bisa dibilang keren. Dan
mungkin juga malu jika harus mengutarakan kata 'imam nawawi', 'imam syafii'
atau ulama islam yang lain. Memang, ketika kita menilik hal ini seakan ada
suatu keanehan dalam diri manusi itu sendiri. Mereka lebih suka dibilang keren
dari pada mengukuti ilmu sejati mereka. Sebagian manusia lebih suka terlihat
hebat di mata orang lain dari pada merendah diri. Bukti yang kongkrit jelas
terlihat adalah banyaknya muslim yang lebih suka bergaya seperti bintang film
dari pada berdandan secara islami. Atau bahkan ketika mereka berdandan islami
pun mereka bersolek kerudung agak sedikit dibuka, pecis agak sedikit miring
dengan rambut sedikit necis, dan atau apalah yang pokoknya tidak jauh persis
dari cara-cara dandanan bintang-bintang film. Ketika melihat salah satu dari
teman mereka tidak tahu cara memakai Hp saja, mereka bilang ketinggalan zaman,
padahal yang bilang itu sendiri sarat-sarat sholat saja tidak tahu.
Yang
menjadi tambah aneh adalah ketika muslim tersebut mengibar-ngibarkan bendera
kebangkitan dengan mengumbar dan mengingat-ingat zaman-zaman keemasan peradaban
Islam. Mereka ingin bangkit seperti dulu saat islam pernah merajai dunia. Eropa
pernah dan hampir saja takluk di tangan Islam ketika itu. Beribu cendikiawan-cendikiawan
muslim bermunculan dengan inovasi-inovasi pemikiran mereka waktu itu. Jadi
menurut mereka, sekaranglah saatnya untuk membangkitkan islam kembali. Daulah Islamiyah
harus dibangkitkan agar umat islam bisa bejaya seperti dulu. Berbagai
tulisan-tulisan pun beredar untuk menjelaskan kehebatan Islam dulu. Bahkan
saking teledornya, tak jarang mereka pun menyatakan bahwa islam itu bisa sesuai
mengikuti aliran zaman, dan hukum islam bisa berubah kapan saja sesuai waktu.
Itu yang mereka inginkan. Yang katanya untuk kebangkitan.
Namun
tunggu dulu. Mereka perlu menilik dulu Alquran Albaqoroh ayat 212. Bukannya
dalam ayat itu sudah dituturkan bahwa orang-orang kafir dihiasi dengan
kehidupan-kehidupan dunia, dan bahkan mereka juga sering mengejek orang-orang
yang beriman. Berarti hal itu menunjukkan bahwa dimanapun keberadaannya, Islam itu
akan tetap dalam strata bawah, ditinjau dari segi duniawi. Bukti lain yang
mungkin lebih meyakinkan adalah sunatullah pada kaum-kaum terdahulu. Dalam perdebatan
antara nabi Nuh as. dengan kaumnya, bagaimana kaum nabi Nuh As. beralasan
ketika mereka menolak ajaran islam yang dibawanya itu? Mereka mengatakan maa
narokattaba'aka illaa lazina hum arodziluna, orang-orang yang mengikutimu
hanya orang-orang rendahan.
Pada
QS. As Syuara ayat 137 juga diterangkan dengan hal yang hampir mirip, bagaimana
jawaban kaum 'Ad ketika nabi Hud As. mengajak mereka untuk beriman? inna
hadza illa asathirul awwalin, ini cuma cerita-cerita kuno. Kaum Tsamud juga
tidak jauh berbeda. Dalam QS. Al A'rof ayat 74-79 dituturkan bagaimana
perbincangan antara orang-orang takabur yang kufur terhadap ajaran tauhid Islam
yang dibawa nabi Sholih dengan orang-orang yang beriman pada ketauhidan. Jelas
sekali dalam penuturannya dituturkan dengan lafadz allazina ustudz'ifuu yang
berarti orang-orang yang dianggap rendahan. Dan satu lagi dalam shohih bukhori,
pada hadits ke enamnya menuturkan bahwa ketika Herocle menanyai sahabat Abu
Sufyan bin Harb, yang ketika ia masih kafir saat tepat ia berdagang ke Syam.
Herocle bertanya tentanng siapa saja yang mengikuti nabi Muhammad, kemudian Abu
Sufyan menjawab bahwa yang mengikuti nabi Muhammad kebanyakan adalah
orang-orang lemah.
Inilah
bedanya ajaran Ilahi yang asli dari ajaran-ajaran palsu lainnya. Ajaran ini
tidak berangkat atas nama 'keren', tapi berangkat dari hinaan. Ajaran Islam ini
berangkat dari lapar, bukan berangkat dari kenyang. Dan ajaran Islam ini
berangkat dari menjauhi dunia, bukan berangkat untuk mendapatkan dunia. Jadi
hal ini jelaslah berlawanan dengan apa yang mereka umbar-umbarkan untuk menuju
kebangkitan. Kebangkitan yang bagaimana yang mereka maksud? Apakah kebangkitan
yang hanya lebih mendahulukan teori-teori lawan atau kebangkitan mengungguli
mereka dalam segi tekhnologi atau kebangkitan untuk mencoba berzuhud menjauhi
dunia yang sebentar lagi akan berhenti ini?
Islam
bukan agama untuk berunggul-ungulan dalam segi duniawi, jadi jangan paksa jika
sampai saat ini Islam akan kalah dalam segi teknologi. Dan, jadi jangan mudah
terpengaruh saat melihat kaum-kaum kafir bermewah-mewahan dengan dunia mereka.
Inilah bedanya kita dengan mereka. Yang lebih kita butuhkan sekarang adalah
bagaimana kita memperbaiki hubungan vertical kita dengan Allah swt. Berusaha
memperdalam ilmu agama dan mengamalkannya untuk bekal kelak di ahirat. Kita
sekarang sudah terlampau jauh meninggalkan apa yang dicontohkan oleh Rosulallah
saw. Bagaimana tidak, setiap detik berita sepak bola selalu kita ketahui, namun
tentang nabi Muhammad, sejarahnya saja tidak kita resapi bahkan ada juga yang
tidak kita ketahui.
Dari
sinilah terihat makna sebenarnya dari keemasan itu. Keemasan yang haqiqi sebagai
orang muslim adalah dia yang mampu memajukan kekuatan dirinya untuk lebih taat
kepada sang Kholiq, walaupun orang-orang memanggilnya primitive karena tidak
bisa menggunakan facebook. Keemasan yang sebenarnya adalah terletak di daging
merah sebelah kiri dada, saat bisa memimpin seluruh tubuh untuk menuju kebaikan
yang diridloi Allah swt. Keemasan sebenarnya adalah ubarat dari tambahnya taqwa
dalam diri kita ini. Wa Allahu A'lam.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar