Menu

Minggu, 23 September 2012

ARTI KEMBALI KE ZAMAN KEEMASAN


ARTI KEMBALI KE ZAMAN KEEMASAN
Oleh : Mohamad Bejo


Banyak kita temukan dewasa ini beberapa ide-ide nyleneh, bahkan juga sempat membikin onar. Jeleknya lagi saat ide itu menyalahi aturan agama yang secara jelas menjadi petuah syar'I dengan nash-nash yang jelas. Yang menjadi lebih sadis lagi ketika ada sebagian orang muslim yang lebih mengunggulkan teori-teori dari semisal Einstine Newton, Aristoteles, Plato, namun dia lupa dan lalai dengan ulama-ulama mereka sendiri yang bahkan terbilang lebih unggul dari mereka dalam segi rasoinalisasi dalil dan aplikasinya.
Banyak orang-orang dari kalangan muslim sendiri yang lebih suka mencetuskan kata-kata ucapan Einstine atau yang lainnya dengan alasan mereka bisa dibilang keren. Dan mungkin juga malu jika harus mengutarakan kata 'imam nawawi', 'imam syafii' atau ulama islam yang lain. Memang, ketika kita menilik hal ini seakan ada suatu keanehan dalam diri manusi itu sendiri. Mereka lebih suka dibilang keren dari pada mengukuti ilmu sejati mereka. Sebagian manusia lebih suka terlihat hebat di mata orang lain dari pada merendah diri. Bukti yang kongkrit jelas terlihat adalah banyaknya muslim yang lebih suka bergaya seperti bintang film dari pada berdandan secara islami. Atau bahkan ketika mereka berdandan islami pun mereka bersolek kerudung agak sedikit dibuka, pecis agak sedikit miring dengan rambut sedikit necis, dan atau apalah yang pokoknya tidak jauh persis dari cara-cara dandanan bintang-bintang film. Ketika melihat salah satu dari teman mereka tidak tahu cara memakai Hp saja, mereka bilang ketinggalan zaman, padahal yang bilang itu sendiri sarat-sarat sholat saja tidak tahu.
Yang menjadi tambah aneh adalah ketika muslim tersebut mengibar-ngibarkan bendera kebangkitan dengan mengumbar dan mengingat-ingat zaman-zaman keemasan peradaban Islam. Mereka ingin bangkit seperti dulu saat islam pernah merajai dunia. Eropa pernah dan hampir saja takluk di tangan Islam ketika itu. Beribu cendikiawan-cendikiawan muslim bermunculan dengan inovasi-inovasi pemikiran mereka waktu itu. Jadi menurut mereka, sekaranglah saatnya untuk membangkitkan islam kembali. Daulah Islamiyah harus dibangkitkan agar umat islam bisa bejaya seperti dulu. Berbagai tulisan-tulisan pun beredar untuk menjelaskan kehebatan Islam dulu. Bahkan saking teledornya, tak jarang mereka pun menyatakan bahwa islam itu bisa sesuai mengikuti aliran zaman, dan hukum islam bisa berubah kapan saja sesuai waktu. Itu yang mereka inginkan. Yang katanya untuk kebangkitan.
Namun tunggu dulu. Mereka perlu menilik dulu Alquran Albaqoroh ayat 212. Bukannya dalam ayat itu sudah dituturkan bahwa orang-orang kafir dihiasi dengan kehidupan-kehidupan dunia, dan bahkan mereka juga sering mengejek orang-orang yang beriman. Berarti hal itu menunjukkan bahwa dimanapun keberadaannya, Islam itu akan tetap dalam strata bawah, ditinjau dari segi duniawi. Bukti lain yang mungkin lebih meyakinkan adalah sunatullah pada kaum-kaum terdahulu. Dalam perdebatan antara nabi Nuh as. dengan kaumnya, bagaimana kaum nabi Nuh As. beralasan ketika mereka menolak ajaran islam yang dibawanya itu? Mereka mengatakan maa narokattaba'aka illaa lazina hum arodziluna, orang-orang yang mengikutimu hanya orang-orang rendahan.
Pada QS. As Syuara ayat 137 juga diterangkan dengan hal yang hampir mirip, bagaimana jawaban kaum 'Ad ketika nabi Hud As. mengajak mereka untuk beriman? inna hadza illa asathirul awwalin, ini cuma cerita-cerita kuno. Kaum Tsamud juga tidak jauh berbeda. Dalam QS. Al A'rof ayat 74-79 dituturkan bagaimana perbincangan antara orang-orang takabur yang kufur terhadap ajaran tauhid Islam yang dibawa nabi Sholih dengan orang-orang yang beriman pada ketauhidan. Jelas sekali dalam penuturannya dituturkan dengan lafadz allazina ustudz'ifuu yang berarti orang-orang yang dianggap rendahan. Dan satu lagi dalam shohih bukhori, pada hadits ke enamnya menuturkan bahwa ketika Herocle menanyai sahabat Abu Sufyan bin Harb, yang ketika ia masih kafir saat tepat ia berdagang ke Syam. Herocle bertanya tentanng siapa saja yang mengikuti nabi Muhammad, kemudian Abu Sufyan menjawab bahwa yang mengikuti nabi Muhammad kebanyakan adalah orang-orang lemah.
Inilah bedanya ajaran Ilahi yang asli dari ajaran-ajaran palsu lainnya. Ajaran ini tidak berangkat atas nama 'keren', tapi berangkat dari hinaan. Ajaran Islam ini berangkat dari lapar, bukan berangkat dari kenyang. Dan ajaran Islam ini berangkat dari menjauhi dunia, bukan berangkat untuk mendapatkan dunia. Jadi hal ini jelaslah berlawanan dengan apa yang mereka umbar-umbarkan untuk menuju kebangkitan. Kebangkitan yang bagaimana yang mereka maksud? Apakah kebangkitan yang hanya lebih mendahulukan teori-teori lawan atau kebangkitan mengungguli mereka dalam segi tekhnologi atau kebangkitan untuk mencoba berzuhud menjauhi dunia yang sebentar lagi akan berhenti ini?
Islam bukan agama untuk berunggul-ungulan dalam segi duniawi, jadi jangan paksa jika sampai saat ini Islam akan kalah dalam segi teknologi. Dan, jadi jangan mudah terpengaruh saat melihat kaum-kaum kafir bermewah-mewahan dengan dunia mereka. Inilah bedanya kita dengan mereka. Yang lebih kita butuhkan sekarang adalah bagaimana kita memperbaiki hubungan vertical kita dengan Allah swt. Berusaha memperdalam ilmu agama dan mengamalkannya untuk bekal kelak di ahirat. Kita sekarang sudah terlampau jauh meninggalkan apa yang dicontohkan oleh Rosulallah saw. Bagaimana tidak, setiap detik berita sepak bola selalu kita ketahui, namun tentang nabi Muhammad, sejarahnya saja tidak kita resapi bahkan ada juga yang tidak kita ketahui.
Dari sinilah terihat makna sebenarnya dari keemasan itu. Keemasan yang haqiqi sebagai orang muslim adalah dia yang mampu memajukan kekuatan dirinya untuk lebih taat kepada sang Kholiq, walaupun orang-orang memanggilnya primitive karena tidak bisa menggunakan facebook. Keemasan yang sebenarnya adalah terletak di daging merah sebelah kiri dada, saat bisa memimpin seluruh tubuh untuk menuju kebaikan yang diridloi Allah swt. Keemasan sebenarnya adalah ubarat dari tambahnya taqwa dalam diri kita ini. Wa Allahu A'lam.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar