Pukul Setengah Dua Belas Malam
Ke mana
harus kucari jalan?
Lubang
cacing terlalu sempit.
Lubang
buaya terlalu bahaya.
Lubang
katak terlalu hina.
Lubang
angin terlalu fana.
Saat ku
berfikir tentang hidup…
Akan jadi
apa aku nanti…
Akan
dengan apa aku berjalan…
Akan
dengan siapa aku berhadapan
Keris
emasku telah patah di mimpi itu.
Aku tak tahu keris apa itu…
Aku tak tahu keris apa itu…
Kucoba
sombong…
Tapi aku
kerap gagal.
Kucoba
melemah…
Dalam
lemah ku kehilangan arah.
Lampu kota
yang seperti ini…
Yang dulu
pernah menakutiku.
Kuanggap
itu masa depanku…
Dibalik
cahaya-cahaya seram penuh misteri kenikmanata.
Memancar
sinar tanda pengahiran.
Ada yang
bisa menolongku???
Meraih
tanganku tuk jangan terjun ke lemabah tipu.
Jika
petuah itu menggambarkan genggaman batu panas.
Maka jika aku
tak tahan mungkin akan aku lepas.
Ya allah…
kau pasti melihatku…
kau pasti melihatku…
Aku malu
harus berkata apa untuk sesalku.
Terlalu
bodoh dan lemah aku akan cobamu.
Seruling-seruling
cinta menggema segaung dalam telinga dungu.
Lukisan-lukisan
sastra asmara menusuk salah dalam kalbu.
Hati…
Si
pemimpin …
Bisakah
kau tahan kami???
Walau aku
banyak dosa
aku akan tetap berharap
ridlo dan ampunanmu
aku akan tetap berharap
ridlo dan ampunanmu
Setetes
air lumpur keruh tak beraji
Akan
selalu mengharap ridlo ilahi…
Walau tak
layak untuk dipuji
Tapi
akankah ku kan buang hati…???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar