Menu

Jumat, 21 September 2012

Islam, Alam dan Kita



Islam, Alam dan Kita

Selaras dengan prinsip ekosistem, manusia tidak bisa terlepas dari hubungan simbiosisnya dengan alam sekitar. Keterkaitannya sebagai makhluk sosialis membuat manusia tertuntut untuk dapat menjalin hubungan dengan serangkaian makhluk hidup di sekelilingnya. Bahkan tidak sebatas dari itu, manusia juga sebenarnya tertuntut untuk dapat berkomunikasi dengan semua material yang ada di sekitarnya, baik itu biotik atau abiotik. Hubungan yang selaras dari manusia di bumi ini memberikan dampak besar pula dengan apa yang di sekelilingnya. Semakin baik manusia dapat memahami sekelilingnya maka semakin baik pula alam di sekelilingnya memberikan manfaat pada kita. Tak khayal, ayatullah yang kedua inilah yang memberikan kita pelajaran praktisi untuk mengenal lebih mendalam keberadaan kita, manusia, sebagai makhluk yang memiliki Tuhan semesta alam.
Tak jarang dewasa ini kerap kali kita mendengar akan isu-isu tentang berbagai bencana yang disebabkan oleh ketidakseimbangan alam. Baik itu banjir, tsunami, angin badai, letusan gunung dan masih banyak lagi berbagai bencana yang erat hubungannya dengan alam. Dari sinilah perlu sekali kiranya kita menelaah kembali bagaimana yang harus direspon oleh seorang muslim ketika mereka ber-muamalah dengan alam sekitarnya. Karena dengan semboyan rohmatan lil alamin tidak bisa kita pungkiri bahwa islam juga mempunyai andil besar dalam menjaga keselarasan alam dan lingkungan.
Ambil saja contoh, berapa banyak dituturkan dalam Alquran sifat-sifat surga? Jika kita telaah lebih dalam tentang kata-kata semisal 'jannatin tajrii min tahtihal anhar', maka Alquran sebenarnya memberikan suatu sinyal betapa berharga suatu keindahan alam untuk mewujudkan kedamaian hidup. Selain itu pula dalam Alquran juga menuturkan tersedianya berbagai macam spesiesi buah di surga. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga suatu kesuburan untuk mendapatkan hasil bumi yang melimpah. Dengan mengenal keindahan alam kita bisa mengenal keindahan surga.
Dalam QS. Albaqarah: 29 dituturkan bahwa bumi ini sebenarnya diciptakan oleh Allah swt. untuk menusia, dengan menjadikannya sebagai kholifah di bumi. Sebagai seorang kholifah selayaknya lah kita harus menjaga keteraturan ekosistem kehidupan di bumi ini. Tindakan merusak lingkungan sangat dikecam oleh Alquran.
QS. Albaqarah: 204-207 adalah ayat yang menunjukkan betapa Islam menghargai lingkungan. Ayat itu turun menceritakan dua orang, Al Akhnasy ibn Syariq As Tsaqofi dan Shubaeb ibn Sinan Ar Rumi. Diriwayatkan bahwa Al Akhnasy sebelumnya adalah salah seorang terpandang dalam kaumnya. Ia juga pandai dalam berkata-kata. Ketika Islam datang Al Akhnasy ini ikut-ikut juga memeluk Islam pada awal mulanya, akan tetapi setelah itu dia menjadi murtad, keluar dari Islam. Suatu waktu Al Akhnasy melewati lahan-lahan penanaman orang-orang islam, kemudian dengan tega dia membakar lahan-lahan itu. Selain itu, ia juga membunuh binatang khimar milik kaum muslimin. Setelah itu turunlah ayat yang mengecam tindakan itu,
Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.
Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. (QS. Albaqarah: 204-205)
Syariat islam pun ketika dalam menghukumi metode jihad perang melawan kaum kafir tidak memperbolehkan membunuh hewan-hewan yang berada di negara musuh kecuali ada alasan tertentu. Dalam minhaj imam nawawi menuturkan, "wa yahrumu itlafu alhayawan illa maa yuqotiluna", dan haram membunuh hewan-hewan kecuali binatang-binatang yang memerangi kita (muslimin). Ibarat ini jelas betapa islam memberikan penghargaan pada arti sebuah kehidupan. Hewan harus dijaga kehidupannya apalagi sesama manusia. adapun tentang pembakaran tanaman atau yang lainnya dalam perang seperti yang pernah terjadi ketika kaum muslimin memerangi yahudi kaum nadlir, maka itu dikarenakan ada hajat dan taktik perang yang menuntut nabi muhammad melakukan itu. Peristiwa penyerangan bani nadlir inilah yang kemudian menjadi sebab turunnya qs. Al hasyr: 5
Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.
Jika kita mengingat kembali tentang hadits yang mengatakan bahwa seorang wanita telah di nas masuk neraka gara-gara telah menganiaya seekor kucing sampai mati, maka lebih jelas lagi kecaman islam pada orang-orang yang tidak mau berbelas kasih pada kehidupan lingkungan sekitarnya. Dari sinilah terlihat kepedulian islam pada lingkungan.
Bagaimana Kita Mengatasi Masalah Lingkungan?
Dalam qs. Ar rum: 41 Allah swt bersabda bahwa bumi ini telah mengalami kehancuran, baik itu kerusakan darat maupun kerusakan laut. Selanjutnya yang menjadi permasalahan adalah, manakala 14 abad yang silam Allah telah menuturkan tentang kerusakan bumi ini, lalu bagaimana dengn sekarang? inilah yang menuntut kita untuk senantiasa peduli dengan Alam.
Perkembangan selanjutnya dalam penemuan-penemuan ilmiah baru-baru ini telah ditentukan bahwa sebenarnya pembuat kerusakan semua itu adalah tangan-tangan manusia. perbuatan manusialah yang telah membuat lingkungannya menjadi tidak stabil lagi. terlebih ketika perkembangan tekhnologi yang semakin canggih ini membuat manusia semakin antusias untuk mengeksploitasi alam dengan sesuka mareka.
Banyak sekali pengeboman-pengeboman di laut dilakukan agar mendapatkan tangkapan ikan yang leboh banyak, namun bahan kimia yang terdapat pada bahan peledak itu memiliki efek negatif pada ekosistem laut. Jika hal seperti itu terus dilakukan dan tidak ada pencegahan maka lama kelamaan ekosistem laut akan mengalami kerusakan lebih cepat. Selain itu pula dapat mempengaruhi proses rantai makanan pada hewan-hewan di darat yang tergantung pada habitat laut.
Tanah longsor juga merupakan salah satu akibat tindakan gegabah manusia. ketika jumlah penduduk yang semakin memadat dengan lahan subur yang terbatas membuat manusia terpaksa nekad untuk menghuni lahan-lahan yang rawan dengan bencana. Selain itu pula eksploitasi pengerukan hasil bumi seperti pasir, batu, dan lain-lain juga sangat mempengaruhi keseimbangan alam. Pasang saja pada penebangan pohon liar yang dilakukan beberapa tangan yang tidak bertanggung jawab. Ketika pohon-pohon itu ditebang maka tanah tidak lagi memilki posisi stabil untuk menahan air yang datang dari luar. Akar tanaman lah yang membantu tanah agar tetap pada posisinya dan juga sedikit banyak dapat menyerap air-air dari permukaan. Nah, ketika pohon-pohon itu ditebang maka spontan tumbuhan itu akan mati dan akar juga tidak bisa berfungsi karena tidak memilki daun untuk berfotosintesis. Lama kelamaan akar ini akan kering dan ahirnya mati tidak menyerap air lagi. ketika terjadi hujan deras di daerah pegunungan itu maka laju air dari atas akan langsung terjun ke arah bawah karena tidak ada penghambat pohon-pohon lagi. laju kencang yang tanpa penghambat inilah yang nantinya dapat menimbulkan erosi berupa banjir atau bencana-bencana yang lain.
Polusi udara tidak bisa dipungkiri lagi. kadar oksigen di udara bebas sekarang mengalami penurunan konsntrasi karena banyaknya asap-asap polusi bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan. Pemanasan global pun terjadi. Ketika polusi-polusi itu semakin banyak memenuhi langit-langit atmosfer maka daya atmosfer untuk menyering sinar ultra violet matahari juga akan lemah. Kandungan ozon semakin sedikit. Ketika atmosfer semakin lemah maka ultraviolet yang masuk ke bumi akan semakin banyak. Ibarat ketika suatu ruangan penuh dengan debu maka ruangan itu akan terasa menyesakkan, begitu juga dengan banyaknya panas yang ditimbulkan oleh ultraviolet ini. Ironisnya lagi manakala setelah ultraviolet yang jatuh ke bumi itu  kemudian tidak bisa dipantulkan lagi ke luar angkasa dan tetap berada di bumi, menumpuk memenuhi atmosfer. Dan inilah yang kemudian oleh para para ilmuan di kenal dengan efek rumah kaca. Udara kita juga telah mengalami kerusakan.
Jika menelaah berbagai kejadian setidaknya ada beberapa aspek yang menjadikan manusia tega merusak alamnya sendiri, di anataranya;
Pertama, kebodohan manusia akan pentingnya lingkungan pada dirinya. Inilah aspek terbesar yang mempengaruhi manusia untuk terus mengeksploitasi alam karena dia tidak menyadari tindakannya dapat menyebabkan bencana. Oleh karena itu sedikit banyak setiap pelaku manusia harus memilki dasar pengetahuan tentang pentingnya lingkungan bagi dirinya. Mereka harus belajar tentang ilmu pengetahuan alam walau hanya dasar-dasarnya saja terutama yang berkaitan dengan perawatan lingkungan. Secara islami pun belajar ilmu pengetahuan alam hukumnya fardlu kifayah. Sallah satu dari kita harus ada yang tahu, jika semuanya tidak tahu maka semua masyarakat akan berdosa semua..salah satu penyebab mereka merusak lingkungan karena mereka tidak tahu akibat dari tindakan mereka ketika memanfaat sda. Jadi pembelajaran untuk mengenal alam dan manfaatnya sangat dibutuhkan untuk mengentaskan penyebab ini.
Kedua, sifat tamak. Inilah salah satu penyakit yang juga berbahaya. Tamak dapat mengakibatkan sifat konsumtif. Sering kita mengetahui orang-orang berwawasan luas bahkan juga sarjana namun dengan ketamakannya untuk mendapatkan untung besar menguras habis sda di suatu sumber alam dengan kapasitas besar-besaran. Ketamakan adalah sifat busuk hati yang ingin terus menerus mendapatkan untung dari pihak lain tanpa memperdulikan akibatnya. Oleh karena itu perlu sekali diadakan penyuluhan lebih dalam membasmi sifat-sifat tamak terutama dari para penguasa demi kemaslahatan kita dan lingkungan. Di sinilah peran islam sangat begitu penting untuk memberi sumbangsih nasehat kepada masyarakat agar tidak terlalu tamak dalam mengeksploitasi alam.
Ketiga, sifat isrof/berlebih-lebihan dalam memanfaatkan sesuatu. Jelas sifat ini sangat berkorosi dalam mewujudkan hematnya sumber daya alam. Ketika suatu hajat yang cukup hanya dengan satu ember air misalnya, dengan sifat israf bisa mencapai sepuluh ember atau bahkan lebih. Jika hal itu terus menerus dilakukan tiap hari maka bahan yang semestinya bisa bertahan seratus tahun akan habis hanya dalam waktu sepuluh tahun saja karena israf. Rosulallah saw pun melarang kita berisraf dalam menggunakan air walaupun air yang kita gunakan adalah air laut yang begitu banyaknya. Inilah salah satu wujud betapa bahayanya israf terhadap kelangsungan lingkungan. Oleh karena itu sebisa mungkinlah sifat hemat dan cermat harus kita tanamkan di hati setiap individu manusia agar mereka tidak berlebihan dalam menggunakan sumber daya alam yang dikaruniakan oleh ini untuk kita.
Alam sekitar kita sangat berpengaruh terhadap kita. Sebaliknya tindakan kita juga berpengaruh terhadap alam. Simbiosis mutualisme harus sebisa mungkin kita praktekkan ketika kita berhubungan dengan alam. Jangan kita terus menerus mengeruk hasil alam untuk kepentingan pribadi kita, namun kita juga harus berfikir lebih jauh untuk tetap mempertahankan alam sebagai sumber yang bisa mencukupi kebutuhan manusia, baik untuk kita ataupun untuk anak cucu kita di masa depan.
Islam, agama yang datang rahmatan lil alamin, tidak hanya sebatas mengatur hubungan kita dengan sang kholiq dan manusia saja, tetapi juga mengatur bagaimana kita berhubungan dengan alam sekitar kita. Banyak sekali dituturkan dalam Alquran ayat-ayat yang menunjukkan kebesaran Allah melalui perantara alam semesta yang megah ini. begitu juga dalam Alquran juga banyak ayat-ayat yang mengecam orang-orang yang suka membuat kerusakan di bumi ini. Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan. Manusia adalah pemegang amanat kekholifahan di bumi ini. sebagai kholifah selayaknya lah harus tetap memegang prinsip-prinsip keteraturan dengan alam dan lingkungan. Berbagai bencana alam akibat kerusakan alam telah merenggut sebagian dari kita. Setidaknya kita bisa belajar dari peristiwa itu untuk bisa memperbaiki hubungan kita dengan alam, menjaganya agar tetap indah dan semerbak permai untuk kita dan generasi masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar