Islam, Alam dan Kita
Selaras
dengan prinsip ekosistem, manusia tidak bisa terlepas dari hubungan simbiosisnya
dengan alam sekitar. Keterkaitannya sebagai makhluk sosialis membuat manusia
tertuntut untuk dapat menjalin hubungan dengan serangkaian makhluk hidup di
sekelilingnya. Bahkan tidak sebatas dari itu, manusia juga sebenarnya tertuntut
untuk dapat berkomunikasi dengan semua material yang ada di sekitarnya, baik
itu biotik atau abiotik. Hubungan yang selaras dari manusia di bumi ini
memberikan dampak besar pula dengan apa yang di sekelilingnya. Semakin baik
manusia dapat memahami sekelilingnya maka semakin baik pula alam di
sekelilingnya memberikan manfaat pada kita. Tak khayal, ayatullah yang
kedua inilah yang memberikan kita pelajaran praktisi untuk mengenal lebih
mendalam keberadaan kita, manusia, sebagai makhluk yang memiliki Tuhan semesta
alam.
Tak
jarang dewasa ini kerap kali kita mendengar akan isu-isu tentang berbagai bencana
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan alam. Baik itu banjir, tsunami, angin
badai, letusan gunung dan masih banyak lagi berbagai bencana yang erat
hubungannya dengan alam. Dari sinilah perlu sekali kiranya kita menelaah
kembali bagaimana yang harus direspon oleh seorang muslim ketika mereka ber-muamalah
dengan alam sekitarnya. Karena dengan semboyan rohmatan lil alamin
tidak bisa kita pungkiri bahwa islam juga mempunyai andil besar dalam menjaga
keselarasan alam dan lingkungan.
Ambil
saja contoh, berapa banyak dituturkan dalam Alquran sifat-sifat surga? Jika
kita telaah lebih dalam tentang kata-kata semisal 'jannatin tajrii min
tahtihal anhar', maka Alquran sebenarnya memberikan suatu sinyal betapa
berharga suatu keindahan alam untuk mewujudkan kedamaian hidup. Selain itu pula
dalam Alquran juga menuturkan tersedianya berbagai macam spesiesi buah di
surga. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga suatu kesuburan untuk
mendapatkan hasil bumi yang melimpah. Dengan mengenal keindahan alam kita bisa
mengenal keindahan surga.
Dalam
QS. Albaqarah: 29 dituturkan bahwa bumi ini sebenarnya diciptakan oleh Allah
swt. untuk menusia, dengan menjadikannya sebagai kholifah di bumi. Sebagai
seorang kholifah selayaknya lah kita harus menjaga keteraturan ekosistem
kehidupan di bumi ini. Tindakan merusak lingkungan sangat dikecam oleh Alquran.
QS.
Albaqarah: 204-207 adalah ayat yang menunjukkan betapa Islam menghargai
lingkungan. Ayat itu turun menceritakan dua orang, Al Akhnasy ibn Syariq As
Tsaqofi dan Shubaeb ibn Sinan Ar Rumi. Diriwayatkan bahwa Al Akhnasy sebelumnya
adalah salah seorang terpandang dalam kaumnya. Ia juga pandai dalam
berkata-kata. Ketika Islam datang Al Akhnasy ini ikut-ikut juga memeluk Islam pada
awal mulanya, akan tetapi setelah itu dia menjadi murtad, keluar dari Islam. Suatu
waktu Al Akhnasy melewati lahan-lahan penanaman orang-orang islam, kemudian dengan
tega dia membakar lahan-lahan itu. Selain itu, ia juga membunuh binatang khimar
milik kaum muslimin. Setelah itu turunlah ayat yang mengecam tindakan itu,
Dan di antara manusia ada orang yang
ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada
Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling
keras.
Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia
berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman
dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.
(QS. Albaqarah: 204-205)
Syariat
islam pun ketika dalam menghukumi metode jihad perang melawan kaum kafir tidak
memperbolehkan membunuh hewan-hewan yang berada di negara musuh kecuali ada
alasan tertentu. Dalam minhaj imam nawawi menuturkan, "wa yahrumu
itlafu alhayawan illa maa yuqotiluna", dan haram membunuh hewan-hewan
kecuali binatang-binatang yang memerangi kita (muslimin). Ibarat ini jelas
betapa islam memberikan penghargaan pada arti sebuah kehidupan. Hewan harus
dijaga kehidupannya apalagi sesama manusia. adapun tentang pembakaran tanaman
atau yang lainnya dalam perang seperti yang pernah terjadi ketika kaum muslimin
memerangi yahudi kaum nadlir, maka itu dikarenakan ada hajat dan taktik perang
yang menuntut nabi muhammad melakukan itu. Peristiwa penyerangan bani nadlir
inilah yang kemudian menjadi sebab turunnya qs. Al hasyr: 5
Apa saja yang kamu tebang dari pohon
kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas
pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak
memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.
Jika kita mengingat kembali tentang hadits
yang mengatakan bahwa seorang wanita telah di nas masuk neraka gara-gara telah
menganiaya seekor kucing sampai mati, maka lebih jelas lagi kecaman islam pada
orang-orang yang tidak mau berbelas kasih pada kehidupan lingkungan sekitarnya.
Dari
sinilah terlihat kepedulian islam pada lingkungan.
Bagaimana
Kita Mengatasi Masalah Lingkungan?
Dalam
qs. Ar rum: 41 Allah swt bersabda bahwa bumi ini telah mengalami kehancuran,
baik itu kerusakan darat maupun kerusakan laut. Selanjutnya yang menjadi
permasalahan adalah, manakala 14 abad yang silam Allah telah menuturkan tentang
kerusakan bumi ini, lalu bagaimana dengn sekarang? inilah yang menuntut kita
untuk senantiasa peduli dengan Alam.
Perkembangan
selanjutnya dalam penemuan-penemuan ilmiah baru-baru ini telah ditentukan bahwa
sebenarnya pembuat kerusakan semua itu adalah tangan-tangan manusia. perbuatan
manusialah yang telah membuat lingkungannya menjadi tidak stabil lagi. terlebih
ketika perkembangan tekhnologi yang semakin canggih ini membuat manusia semakin
antusias untuk mengeksploitasi alam dengan sesuka mareka.
Banyak
sekali pengeboman-pengeboman di laut dilakukan agar mendapatkan tangkapan ikan
yang leboh banyak, namun bahan kimia yang terdapat pada bahan peledak itu
memiliki efek negatif pada ekosistem laut. Jika hal seperti itu terus dilakukan
dan tidak ada pencegahan maka lama kelamaan ekosistem laut akan mengalami
kerusakan lebih cepat. Selain itu pula dapat mempengaruhi proses rantai makanan
pada hewan-hewan di darat yang tergantung pada habitat laut.
Tanah
longsor juga merupakan salah satu akibat tindakan gegabah manusia. ketika
jumlah penduduk yang semakin memadat dengan lahan subur yang terbatas membuat
manusia terpaksa nekad untuk menghuni lahan-lahan yang rawan dengan bencana.
Selain itu pula eksploitasi pengerukan hasil bumi seperti pasir, batu, dan
lain-lain juga sangat mempengaruhi keseimbangan alam. Pasang saja pada
penebangan pohon liar yang dilakukan beberapa tangan yang tidak bertanggung
jawab. Ketika pohon-pohon itu ditebang maka tanah tidak lagi memilki posisi
stabil untuk menahan air yang datang dari luar. Akar tanaman lah yang membantu
tanah agar tetap pada posisinya dan juga sedikit banyak dapat menyerap air-air
dari permukaan. Nah, ketika pohon-pohon itu ditebang maka spontan tumbuhan itu
akan mati dan akar juga tidak bisa berfungsi karena tidak memilki daun untuk
berfotosintesis. Lama kelamaan akar ini akan kering dan ahirnya mati tidak
menyerap air lagi. ketika terjadi hujan deras di daerah pegunungan itu maka
laju air dari atas akan langsung terjun ke arah bawah karena tidak ada
penghambat pohon-pohon lagi. laju kencang yang tanpa penghambat inilah yang
nantinya dapat menimbulkan erosi berupa banjir atau bencana-bencana yang lain.
Polusi
udara tidak bisa dipungkiri lagi. kadar oksigen di udara bebas sekarang
mengalami penurunan konsntrasi karena banyaknya asap-asap polusi bahan-bahan
yang tidak ramah lingkungan. Pemanasan global pun terjadi. Ketika polusi-polusi
itu semakin banyak memenuhi langit-langit atmosfer maka daya atmosfer untuk
menyering sinar ultra violet matahari juga akan lemah. Kandungan ozon semakin
sedikit. Ketika atmosfer semakin lemah maka ultraviolet yang masuk ke bumi akan
semakin banyak. Ibarat ketika suatu ruangan penuh dengan debu maka ruangan itu
akan terasa menyesakkan, begitu juga dengan banyaknya panas yang ditimbulkan
oleh ultraviolet ini. Ironisnya lagi manakala setelah ultraviolet yang jatuh ke
bumi itu kemudian tidak bisa dipantulkan
lagi ke luar angkasa dan tetap berada di bumi, menumpuk memenuhi atmosfer. Dan
inilah yang kemudian oleh para para ilmuan di kenal dengan efek rumah kaca.
Udara kita juga telah mengalami kerusakan.
Jika
menelaah berbagai kejadian setidaknya ada beberapa aspek yang menjadikan
manusia tega merusak alamnya sendiri, di anataranya;
Pertama,
kebodohan manusia akan pentingnya lingkungan pada dirinya. Inilah aspek
terbesar yang mempengaruhi manusia untuk terus mengeksploitasi alam karena dia
tidak menyadari tindakannya dapat menyebabkan bencana. Oleh karena itu sedikit
banyak setiap pelaku manusia harus memilki dasar pengetahuan tentang pentingnya
lingkungan bagi dirinya. Mereka harus belajar tentang ilmu pengetahuan alam
walau hanya dasar-dasarnya saja terutama yang berkaitan dengan perawatan
lingkungan. Secara islami pun belajar ilmu pengetahuan alam hukumnya fardlu
kifayah. Sallah satu dari kita harus ada yang tahu, jika semuanya tidak tahu
maka semua masyarakat akan berdosa semua..salah satu penyebab mereka merusak
lingkungan karena mereka tidak tahu akibat dari tindakan mereka ketika
memanfaat sda. Jadi pembelajaran untuk mengenal alam dan manfaatnya sangat
dibutuhkan untuk mengentaskan penyebab ini.
Kedua,
sifat tamak. Inilah salah satu penyakit yang juga berbahaya. Tamak dapat
mengakibatkan sifat konsumtif. Sering kita mengetahui orang-orang berwawasan
luas bahkan juga sarjana namun dengan ketamakannya untuk mendapatkan untung
besar menguras habis sda di suatu sumber alam dengan kapasitas besar-besaran.
Ketamakan adalah sifat busuk hati yang ingin terus menerus mendapatkan untung
dari pihak lain tanpa memperdulikan akibatnya. Oleh karena itu perlu sekali
diadakan penyuluhan lebih dalam membasmi sifat-sifat tamak terutama dari para
penguasa demi kemaslahatan kita dan lingkungan. Di sinilah peran islam sangat
begitu penting untuk memberi sumbangsih nasehat kepada masyarakat agar tidak
terlalu tamak dalam mengeksploitasi alam.
Ketiga,
sifat isrof/berlebih-lebihan dalam memanfaatkan sesuatu. Jelas sifat ini sangat
berkorosi dalam mewujudkan hematnya sumber daya alam. Ketika suatu hajat yang
cukup hanya dengan satu ember air misalnya, dengan sifat israf bisa mencapai
sepuluh ember atau bahkan lebih. Jika hal itu terus menerus dilakukan tiap hari
maka bahan yang semestinya bisa bertahan seratus tahun akan habis hanya dalam
waktu sepuluh tahun saja karena israf. Rosulallah saw pun melarang kita
berisraf dalam menggunakan air walaupun air yang kita gunakan adalah air laut
yang begitu banyaknya. Inilah salah satu wujud betapa bahayanya israf terhadap
kelangsungan lingkungan. Oleh karena itu sebisa mungkinlah sifat hemat dan
cermat harus kita tanamkan di hati setiap individu manusia agar mereka tidak
berlebihan dalam menggunakan sumber daya alam yang dikaruniakan oleh ini untuk
kita.
Alam
sekitar kita sangat berpengaruh terhadap kita. Sebaliknya tindakan kita juga
berpengaruh terhadap alam. Simbiosis mutualisme harus sebisa mungkin kita praktekkan
ketika kita berhubungan dengan alam. Jangan kita terus menerus mengeruk hasil
alam untuk kepentingan pribadi kita, namun kita juga harus berfikir lebih jauh
untuk tetap mempertahankan alam sebagai sumber yang bisa mencukupi kebutuhan
manusia, baik untuk kita ataupun untuk anak cucu kita di masa depan.
Islam,
agama yang datang rahmatan lil alamin, tidak hanya sebatas mengatur
hubungan kita dengan sang kholiq dan manusia saja, tetapi juga mengatur
bagaimana kita berhubungan dengan alam sekitar kita. Banyak sekali dituturkan
dalam Alquran ayat-ayat yang menunjukkan kebesaran Allah melalui perantara alam
semesta yang megah ini. begitu juga dalam Alquran juga banyak ayat-ayat yang
mengecam orang-orang yang suka membuat kerusakan di bumi ini. Allah tidak menyukai
orang-orang yang membuat kerusakan. Manusia adalah pemegang amanat kekholifahan
di bumi ini. sebagai kholifah selayaknya lah harus tetap memegang
prinsip-prinsip keteraturan dengan alam dan lingkungan. Berbagai bencana alam
akibat kerusakan alam telah merenggut sebagian dari kita. Setidaknya kita bisa
belajar dari peristiwa itu untuk bisa memperbaiki hubungan kita dengan alam,
menjaganya agar tetap indah dan semerbak permai untuk kita dan generasi masa
depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar