Menu

Minggu, 23 September 2012

BENARKAH PARA ROSUL MEMBAWA AJARAN PLURALISM?


BENARKAH PARA ROSUL MEMBAWA AJARAN PLURALISM?
Oleh: Mohamad Bejo*

Dekup jantung islam telah berhembus 14 abad lamanya. Penyebaran agama samawi terahir ini pun semakin merambat di hampir semua urat nadi dunia. Walau sempat terpukul  oleh bangsa Mongolia pada sekitar abad ke 13 M, Islam tetap saja bisa eksis dalam mendakwahkan ajaran kesatuan/ke-esa-an tuhannya yang tanpa sekutu.
Kemudian sejarah manusia mencatat bahwa tanggal 10 Desember 1948, dunia telah sepakat untuk menghentikan adu senjata setelah perang dunia II membuat mereka sengsara. Deklarasi PBB pun mewakili perdamaian itu. Mulai saat itu wacana manusia pun berubah, mereka yang asalnya begitu haus untuk menghancurkan musuh dengan berbagai macam senjata perang, kini telah berubah haluan untuk saling berebutan kekuasaan dengan mode pemikiran. Gozwul fikri, istilah itu kemudian lahir sebagai respon akan rancunya berbagai pertentangan akan begitu banyaknya pemikiran dari berbagai corak. Mereka diberi kebebasan untuk menyuarakan hasil pikiran mereka.
Jauh meninggalkan sejarah silam itu, lahir model pemikiran baru yang bertujuan untuk menyamakan semua manusia dari berbagai macam belahan dunia. Sebenarnya tidak begitu mengagetkan jika semua manusia harus dijunjung dengan derajat yang sama. Yang menjadi permasalahannya adalah jika yang disamakan itu ternyata menjalar ke aspek  kepercayaan manusia, inilah yang membawa malapetaka. Pasalnya, setiap ajaran  suatu salah. Jika semua agama itu hendak dijadikan satu, itu sama halnya kita membangun gedung tapi kita juga sekaligus merobohkannya.
Tak begitu jelas apa sebenarnya yang diinginkan oleh para pendukung pemikiran ini, namun aktivitas mereka terlihat begitu gencar menyorakkan pemikiran nyeleneh mereka itu. Istilah pluralism pun kemudian terlahir sebagai nama dari bentuk pemikiran itu. Eronisnya, para pendukung pluralism ini selalu mengatakan bahwa semua agama di dunia ini sama namun ternyata mereka hanya memeluk satu agama saja dalam KTP. Wajar saja karena itu mungkin adalah agenda terselubung besar mereka. Yang sungguh tidak bisa diterima adalah manakala mereka mengatakan bahwa nabi-nabi sebelumnya juga mengajarkan pluralism kepada umatnya. Ini yang dikatakan terlalu lancang. Oleh karena itu, berangkat dari sinilah sepertinya perlu dikaji bagaimana sebenarnya respon dan dakwah para rosul itu dalam kaitannya dengan pluralism yang diacungkan-acungkan oleh pendukungnya. Benarkah para  rosul membawa ajaran pluralism??

ADA YANG RISKAN DENGAN TUHAN-TUHAN MEREKA
Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab: “Semuanya diciptkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (QS. Az- Zukhruf: 9)
Berangkat dari ayat ini sepintas menunjukkan sebenarnya orang-orang kafir non-islam pun mengakui bahwa Allah adalah benar-benar tuhan. Penyelewengan awal pun mulai terbesit, berarti kita juga percaya dengan tuhan yang sama. Lalu mengapa harus ada perbedaan Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, dan lain-lain? Sebenarnya agak memalukan jika stetemen seperti itu diungkap oleh seorang pendukung paham pluralism yang notabennya mereka adalah para intelek, karena, jika kita telaah dan teliti lebih lanjut maka sebenarnya ayat di atas itu mengungkapkan  bagaimnana orang kafir  yang dengan fitroh-nya sebenarnya percaya adanya pencipta langit dan bumi, namun karena kebutaan kufurnya menjadikan dia berpaling dari Allah, tuhan semesta alam atau malah membuat tuhan sekutu baru bagi Allah.
Jadi ayat ini secara tidak langsung mencoba menyindir orang-orang kafir yang sebenarnya mereka juga tahu Allah lah yang benar, yang telah menciptakan langit dan bumi seisinya, tapi karena keangkuhannya manusia membuat mereka lalai dan kufur terhadap tuhannya sendiri.
Jika memang dipaksa untuk menyatukan semua agama umat manusia maka ayat 64 QS. Ali Imran telah memberikan jawaban tentang ajakan berpluralisme yang berbunyi;
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada satu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan suatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (pada Allah)”. (QS. Ali Imran: 64)
Islam sebenarnya juga mengajak agama yang lain untuk berada dalam naungan satu kalimat yang sama sehingga semua agama bisa dikatakan benar. Tetapi penyatuan itu bersyarat, dengan ketentuan tidak menyekutukan Allah, tidak menyembah selain Allah dan tidak pula mengambil makhluk untuk disembah selain Allah. Jadi cobalah ajak para pemeluk nasrani untuk memeluk islam. Begitu juga para yahudi dan para pengikut Hindu, Budha dan lainnya. Ajaklah mereka untuk bersatu dengan kita dalam satu pluralism yang disitu tidak menyekutukan Allah swt maka jika demikian pluralism akan bisa diterima. Jika tidak maka pluralism yang mereka ajukan tetap akan bertentangan dengan ajaran Islam.
Di sinilah letak kunci kenapa kita membedakan agama Islam dengan agama yang lain. Akankah kita yang muslim akan dipaksa untuk percaya bahwa Nabi Isa dan berhala-berhala itu adalaha Tuhan? Ini sama halnya kita kembali lagi ke ajaran sesat paganisme. Karena jika kita mengakui ajaran agama lain adalah benar berati kita percaya bahwa berhala-berhala itu juga adalah tuhan dan ini sangatlah imposible, dan sangat ditentang oleh Islam atau bahkan ditentang oleh setiap agama di muka bumi.
AJARAN PARA ROSUL TENTANG PLURALISM, ADAKAH?
Sejenak jika kita menilik kembali sejarah-sejarah para nabi maka kita akan temukan bahwa kedatangan mereka diutus sebagai rosul itu adalah untuk misi menjelaskan pada manusia bahwa agama yang selain Islam itu adalah salah dan mereka juga diutus untuk menunjukkan pada manusia tentang ajaran mana yang benar-benar dari tuhan yang benar, yaitu  hanya Allah bukan yang lain.
Dimulai dari sejarah Nabi Nuh bagaimana ia mengajak kaumnya untuk jangan menyembah berhala-berhala Wadda, Suwâ'a, Ya’ûqâ, Yaghûtsa, dan Nasra. Patung-patung berhala itu adalah ekspresi ajaran paganism kaumnya yang menyekutukan Allah, andaikata pluralism dibenarkan,  lalu buat apa Nabi Nuh diutus sebagai rosul yang sangat membenci berhala-berhala itu??
Kaum ‘Âd juga tak jauh beda. Bagaimana Nabi Hud memperingatkan mereka agar jangan menyembah berhala-berhala pembuat musyrik itu. Yang patut disembah hanyalah Allah swt. Hingga saking gigihnya Nabi Hud mendakwahi mereka agar menjauhi berhala, kaum ‘Âd malah menuduh Nabi Hud telah dibuat gila oleh berhala-berhala itu. Mereka malah mengajukan teori konspirasi menuduh Nabi Hud lah yang salah. Andai kata pluralism dibenarkan pastilah Nabi Hud akan duduk-duduk saja di rumahnya karena merasa semua agama itu sama, semua ajaran itu benar. Tapi realitasnya adalah sebaliknya Nabi Hud begitu gencar menyeru kaumnya menyatakan bahwa yang mereka sembah selain Allah itu adalah salah. Hanya ada satu yang patut disembah yaitu Allah. Hal demikian pula dialami oleh Nabi Soleh, Nabi Luth, dan Nabi Syu’aib yang kesemuanya menyeru bahwa agama-agama penyembah berhala itu adalah salah dan neraka lah balasannya bagi orang-orang yang menyekutukan Allah. Namun sejarah pun mencatat bahwa kaum nabi-nabi itu malah berpaling tidak menerima ajakan Allah sehingga dengan kekekuatan Allah peradaban mereka harus sirna mengenaskan dari muka bumi ini.
Menillik sejarah nabi Ibrahim dalam QS. al-Anbiya 51-70 diceritakan bahwa Nabi Ibrahim as. tengah menghancurkan berhala–berhala orang kafir saat mereka lalai, pergi berpesta di hariraya mereka. Hingga pada ahirnya orang-orang kafir itu marah dan menyidang Nabi Ibrahim dan memutuskan untuk membakarnya hidup-hidup. Sekarang pertanyaannya adalah, andaikata pluralism yang mereka ikrarkan itu mengandung kebenaran lalu buat apa Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala itu, yang mana tak bisa mendengar, tak bisa bicara, dan tak bisa melihat. Bahkan Nabi Ibrahim pun sempat mengungkapkan alasan kenapa ia bertindak lancang seperti itu.
Ibrahim berkata:  “maka kenapa kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?
Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?” (QS. Al-hajj: 66-67)
Sejarah Nabi Musa lebih jelas lagi, dalam QS. al-A'raf dan Thoha, bagaimana ia sangat marah saat melihat kaumnya Bani Israel menyembah sapi, saat baru saja 40 hari ia tinggalkan untuk bermunajah dengan Allah kaumnya malah membuat patung sapi lalu mereka sembah. Saking marahnya Nabi Musa, hingga papan wahyu Taurat yang ia dapat ketika ia bermunajat, ia banting setelah ia melihat kesesatan kaumnya yang menyembah sapi itu (baca QS. Al-a'raf: 150). Bagaimana mungkin sapi yang mereka buat sendiri dengan tangan mereka dari perhiasan-perhisaan yang mereka bawa dari Mesir, lalu mereka dengan bodoh menyembahnya, hingga Allah pun ahirnya menghukum bani Israel untuk membunuh diri mereka sendiri (QS. Al-Baqarah:54). Bagaimana begitu lacutnya Bani Israel waktu itu, baru saja mereka diselamatkan oleh Allah dari kejaran Ramses II, Firaun mesir dan mereka juga melihat mukjizat-mukjizat Nabi Musa selama melawan Fir’uan, namun ironisnya, tak lama setelah itu dengan gampang dan bodoh malah menyembah sapi yang sama sekali tak bisa berkata apa pun. Tak mempunyai daya atau kekuatan.
Menyikap sejarah Nabi Isa, maka QS. Al-Maidah: 72 dapat menggambarkan bagaimana ungkapan Nabi Isa saat menyeru pada umatnya, menakuti-nakuti mereka bahwa barangsiapa yang menyekutukan Allah maka Allah telah mengharamkannya untuk memasuki surga, dan tempatnya adalah neraka.
Berkenaan dengan risalah yang dibawa oleh Rosulallah saw., maka jelas dan sangat jelas bagaimana Rosulallah mengajarkan pada kita untuk menolak ideologi pluralism ini. Jelas dalam QS. Al-imran: 64 dan 85 disebutkan;
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada satu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan suatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (pada Allah)”. (QS. Ali Imran: 64)
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran: 85)
Bukti bahwa ajaran Rosulallah sangatlah bertentangan dengan pluralism adalah kedatangan beliau sendiri sebagai seorang utusan Tuhan. Bagaimana dikisahkan oleh para sejarawan arab, dimana saat Beliau saw. lahir, api sesembahan para pengikut zorodester majusi di Persi tiba-tiba padam  setelah sekian tahun lamanya berkobar hingga dianggap oleh orang persi sebagai jelmaan dari dewa mereka. Kedatangan Rosulallah dengan cahaya inilah bukti kebenaran hakiki yang kelak akan memadamkan api kesesatan para kaum paganism.
Fathul Makkah juga merupakan bukti otentik tentang perlawanan Islam terhadap pluralism. Bagaimana kaum muslimin waktu itu menghancurkan berhala-berhala kaum kafir Quraisy yang mereka pajang di sekeliling ka’bah sebagai sesembahan mereka. Andaikata pluralism itu benar, lalu mengapa para muslimin menghancurkan berhala-berhala itu? Jawabannya adalah karena berhala-berhala itu bukan Tuhan, dan paganism itu adalah agama sesat yang harus diberi petunjuk hidayah kebenaran.
Kaum yahudi dan nasrani memiliki porsi lain di zaman Rosulallah saw. Mereka adalah penganut agama samawi yang sebenarnya sejalan dengan Islam, namun karena campur tangan para ahli kitab yang tak bertanggung jawab, banyak nokta-nokta agama yang mereka selewengkan, bahkan saking parahnya penyelewengan itu hingga mereka menambah jumlah tuhan mereka  menjadi dua, tiga dan yang lainnya. Jika demikian halnya, maka sama saja kaum yahudi, nasrani itu dengan para paganis penyembah berhala. Dari sinilah kenapa Islam menolak Yahudi dan Nasrani untuk berpluralisme. Dari sini pula lah kenapa ajakan Islam kepada dua agama Yahudi, Nasrani ini berbeda dari agama-agama yang lain. Dua agama samawi ini hanya perlu pengembalian kebenaran akidah mereka dari penyelewengan, sedangkan agama paganism atau atheis berada pada tahap awal tentang perlunya penanaman akidah dari ketidak-adaan menjadi percaya pada satu Tuhan yang tanpa sekutu.
PENUTUP
Ideologi pluralism yang dengan lantang hendak menyetarakan semua umat beragama sangatlah tidak sesuai dengan tuntutan yang pernah diajarkan oleh panutan kita, Rosulallah saw., pada kita. Selain itu juga tidak sesuai dengan fitrah islami yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Bagaimana tidak, kedatangan mereka justru bermotivasi  dengan misi untuk menyadarkan manusia dari kesesatan agama paganism atau atheism menuju monotheisme dengan satu Tuhan yang hakiki. Andaikata pluralism itu benar pastilah Nabi Ibrahim tak akan sampai hati merusak berhala-berhala kaumnya hingga dia harus dibakar hidup-hidup. Dan pastilah Nabi Musa tak akan naik pitam, mejulang emosinya saat melihat kaumnya, Bani Israel menyembah sapi hingga ahirnya ia pun mengancurkan ptung sapi itu. Andai pluralism yang mereka kibarkan itu benar-benar benar maka pengutusan seorang rosul pada kaumnya hanya suatu hal yang sia-sia saja karena semua agama benar. Dan maha suci Allah dari hal-hal yang sia-sia. Wa Allahu a’lam.[]



* penulis adalah mahasiswa Al Ahgaff University fakultas syariah.

1 komentar: