BENARKAH PARA ROSUL MEMBAWA AJARAN
PLURALISM?
Oleh: Mohamad Bejo*
Dekup jantung islam
telah berhembus 14 abad lamanya. Penyebaran agama samawi terahir ini pun semakin
merambat di hampir semua urat nadi dunia. Walau sempat terpukul oleh bangsa Mongolia pada sekitar abad ke 13
M, Islam tetap saja bisa eksis dalam mendakwahkan ajaran kesatuan/ke-esa-an
tuhannya yang tanpa sekutu.
Kemudian sejarah
manusia mencatat bahwa tanggal 10 Desember 1948, dunia telah sepakat untuk
menghentikan adu senjata setelah perang dunia II membuat mereka sengsara.
Deklarasi PBB pun mewakili perdamaian itu. Mulai saat itu wacana manusia pun
berubah, mereka yang asalnya begitu haus untuk menghancurkan musuh dengan
berbagai macam senjata perang, kini telah berubah haluan untuk saling berebutan
kekuasaan dengan mode pemikiran. Gozwul fikri, istilah itu kemudian
lahir sebagai respon akan rancunya berbagai pertentangan akan begitu banyaknya
pemikiran dari berbagai corak. Mereka diberi kebebasan untuk menyuarakan hasil pikiran
mereka.
Jauh meninggalkan
sejarah silam itu, lahir model pemikiran baru yang bertujuan untuk menyamakan
semua manusia dari berbagai macam belahan dunia. Sebenarnya tidak begitu
mengagetkan jika semua manusia harus dijunjung dengan derajat yang sama. Yang
menjadi permasalahannya adalah jika yang disamakan itu ternyata menjalar ke
aspek kepercayaan manusia, inilah yang
membawa malapetaka. Pasalnya, setiap ajaran
suatu salah. Jika semua agama itu hendak dijadikan satu, itu sama halnya
kita membangun gedung tapi kita juga sekaligus merobohkannya.
Tak begitu jelas apa
sebenarnya yang diinginkan oleh para pendukung pemikiran ini, namun aktivitas mereka
terlihat begitu gencar menyorakkan pemikiran nyeleneh mereka itu.
Istilah pluralism pun kemudian terlahir sebagai nama dari bentuk pemikiran itu.
Eronisnya, para pendukung pluralism ini selalu mengatakan bahwa semua agama di
dunia ini sama namun ternyata mereka hanya memeluk satu agama saja dalam KTP.
Wajar saja karena itu mungkin adalah agenda terselubung besar mereka. Yang sungguh
tidak bisa diterima adalah manakala mereka mengatakan bahwa nabi-nabi
sebelumnya juga mengajarkan pluralism kepada umatnya. Ini yang dikatakan
terlalu lancang. Oleh karena itu, berangkat dari sinilah sepertinya perlu
dikaji bagaimana sebenarnya respon dan dakwah para rosul itu dalam kaitannya
dengan pluralism yang diacungkan-acungkan oleh pendukungnya. Benarkah para rosul membawa ajaran pluralism??
ADA YANG RISKAN DENGAN
TUHAN-TUHAN MEREKA
Dan sungguh jika kamu
tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya
mereka akan menjawab: “Semuanya diciptkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui (QS. Az- Zukhruf: 9)
Berangkat dari ayat ini
sepintas menunjukkan sebenarnya orang-orang kafir non-islam pun mengakui bahwa
Allah adalah benar-benar tuhan. Penyelewengan awal pun mulai terbesit, berarti
kita juga percaya dengan tuhan yang sama. Lalu mengapa harus ada perbedaan Islam,
Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, dan lain-lain? Sebenarnya agak memalukan jika
stetemen seperti itu diungkap oleh seorang pendukung paham pluralism yang notabennya
mereka adalah para intelek, karena, jika kita telaah dan teliti lebih lanjut
maka sebenarnya ayat di atas itu mengungkapkan
bagaimnana orang kafir yang
dengan fitroh-nya sebenarnya percaya adanya pencipta langit dan bumi,
namun karena kebutaan kufurnya menjadikan dia berpaling dari Allah, tuhan semesta
alam atau malah membuat tuhan sekutu baru bagi Allah.
Jadi ayat ini secara
tidak langsung mencoba menyindir orang-orang kafir yang sebenarnya mereka juga
tahu Allah lah yang benar, yang telah menciptakan langit dan bumi seisinya,
tapi karena keangkuhannya manusia membuat mereka lalai dan kufur terhadap
tuhannya sendiri.
Jika memang dipaksa
untuk menyatukan semua agama umat manusia maka ayat 64 QS. Ali Imran telah
memberikan jawaban tentang ajakan berpluralisme yang berbunyi;
Katakanlah: “Hai Ahli
Kitab, marilah (berpegang) kepada satu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak
kita persekutukan Dia dengan suatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan
sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka
katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang
berserah diri (pada Allah)”. (QS. Ali Imran: 64)
Islam sebenarnya juga
mengajak agama yang lain untuk berada dalam naungan satu kalimat yang sama
sehingga semua agama bisa dikatakan benar. Tetapi penyatuan itu bersyarat,
dengan ketentuan tidak menyekutukan Allah, tidak menyembah selain Allah dan
tidak pula mengambil makhluk untuk disembah selain Allah. Jadi cobalah ajak
para pemeluk nasrani untuk memeluk islam. Begitu juga para yahudi dan para pengikut
Hindu, Budha dan lainnya. Ajaklah mereka untuk bersatu dengan kita dalam satu
pluralism yang disitu tidak menyekutukan Allah swt maka jika demikian pluralism
akan bisa diterima. Jika tidak maka pluralism yang mereka ajukan tetap akan
bertentangan dengan ajaran Islam.
Di sinilah letak kunci
kenapa kita membedakan agama Islam dengan agama yang lain. Akankah kita yang
muslim akan dipaksa untuk percaya bahwa Nabi Isa dan berhala-berhala itu
adalaha Tuhan? Ini sama halnya kita kembali lagi ke ajaran sesat paganisme.
Karena jika kita mengakui ajaran agama lain adalah benar berati kita percaya
bahwa berhala-berhala itu juga adalah tuhan dan ini sangatlah imposible,
dan sangat ditentang oleh Islam atau bahkan ditentang oleh setiap agama di muka
bumi.
AJARAN PARA ROSUL
TENTANG PLURALISM, ADAKAH?
Sejenak jika kita
menilik kembali sejarah-sejarah para nabi maka kita akan temukan bahwa
kedatangan mereka diutus sebagai rosul itu adalah untuk misi menjelaskan pada
manusia bahwa agama yang selain Islam itu adalah salah dan mereka juga diutus
untuk menunjukkan pada manusia tentang ajaran mana yang benar-benar dari tuhan
yang benar, yaitu hanya Allah bukan yang
lain.
Dimulai dari sejarah Nabi
Nuh bagaimana ia mengajak kaumnya untuk jangan menyembah berhala-berhala Wadda,
Suwâ'a, Ya’ûqâ, Yaghûtsa, dan Nasra. Patung-patung berhala itu adalah ekspresi
ajaran paganism kaumnya yang menyekutukan Allah, andaikata pluralism dibenarkan, lalu buat apa Nabi Nuh diutus sebagai rosul
yang sangat membenci berhala-berhala itu??
Kaum ‘Âd juga tak jauh
beda. Bagaimana Nabi Hud memperingatkan mereka agar jangan menyembah
berhala-berhala pembuat musyrik itu. Yang patut disembah hanyalah Allah swt.
Hingga saking gigihnya Nabi Hud mendakwahi mereka agar menjauhi berhala, kaum ‘Âd
malah menuduh Nabi Hud telah dibuat gila oleh berhala-berhala itu. Mereka malah
mengajukan teori konspirasi menuduh Nabi Hud lah yang salah. Andai kata
pluralism dibenarkan pastilah Nabi Hud akan duduk-duduk saja di rumahnya karena
merasa semua agama itu sama, semua ajaran itu benar. Tapi realitasnya adalah
sebaliknya Nabi Hud begitu gencar menyeru kaumnya menyatakan bahwa yang mereka
sembah selain Allah itu adalah salah. Hanya ada satu yang patut disembah yaitu
Allah. Hal demikian pula dialami oleh Nabi Soleh, Nabi Luth, dan Nabi Syu’aib yang
kesemuanya menyeru bahwa agama-agama penyembah berhala itu adalah salah dan
neraka lah balasannya bagi orang-orang yang menyekutukan Allah. Namun sejarah
pun mencatat bahwa kaum nabi-nabi itu malah berpaling tidak menerima ajakan
Allah sehingga dengan kekekuatan Allah peradaban mereka harus sirna mengenaskan
dari muka bumi ini.
Menillik sejarah nabi
Ibrahim dalam QS. al-Anbiya 51-70 diceritakan bahwa Nabi Ibrahim as. tengah
menghancurkan berhala–berhala orang kafir saat mereka lalai, pergi berpesta di
hariraya mereka. Hingga pada ahirnya orang-orang kafir itu marah dan menyidang Nabi
Ibrahim dan memutuskan untuk membakarnya hidup-hidup. Sekarang pertanyaannya
adalah, andaikata pluralism yang mereka ikrarkan itu mengandung kebenaran lalu
buat apa Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala itu, yang mana tak bisa mendengar,
tak bisa bicara, dan tak bisa melihat. Bahkan Nabi Ibrahim pun sempat mengungkapkan
alasan kenapa ia bertindak lancang seperti itu.
Ibrahim berkata: “maka kenapa kamu menyembah selain Allah
sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi
mudharat kepada kamu?
Ah (celakalah) kamu dan
apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?” (QS.
Al-hajj: 66-67)
Sejarah Nabi Musa lebih
jelas lagi, dalam QS. al-A'raf dan Thoha, bagaimana ia sangat marah saat melihat
kaumnya Bani Israel menyembah sapi, saat baru saja 40 hari ia tinggalkan untuk
bermunajah dengan Allah kaumnya malah membuat patung sapi lalu mereka sembah.
Saking marahnya Nabi Musa, hingga papan wahyu Taurat yang ia dapat ketika ia
bermunajat, ia banting setelah ia melihat kesesatan kaumnya yang menyembah sapi
itu (baca QS. Al-a'raf: 150). Bagaimana mungkin sapi yang mereka buat sendiri
dengan tangan mereka dari perhiasan-perhisaan yang mereka bawa dari Mesir, lalu
mereka dengan bodoh menyembahnya, hingga Allah pun ahirnya menghukum bani
Israel untuk membunuh diri mereka sendiri (QS. Al-Baqarah:54). Bagaimana begitu
lacutnya Bani Israel waktu itu, baru saja mereka diselamatkan oleh Allah dari
kejaran Ramses II, Firaun mesir dan mereka juga melihat mukjizat-mukjizat Nabi
Musa selama melawan Fir’uan, namun ironisnya, tak lama setelah itu dengan
gampang dan bodoh malah menyembah sapi yang sama sekali tak bisa berkata apa
pun. Tak mempunyai daya atau kekuatan.
Menyikap sejarah Nabi Isa,
maka QS. Al-Maidah: 72 dapat menggambarkan bagaimana ungkapan Nabi Isa saat
menyeru pada umatnya, menakuti-nakuti mereka bahwa barangsiapa yang
menyekutukan Allah maka Allah telah mengharamkannya untuk memasuki surga, dan
tempatnya adalah neraka.
Berkenaan dengan
risalah yang dibawa oleh Rosulallah saw., maka jelas dan sangat jelas bagaimana
Rosulallah mengajarkan pada kita untuk menolak ideologi pluralism ini. Jelas
dalam QS. Al-imran: 64 dan 85 disebutkan;
Katakanlah: “Hai Ahli
Kitab, marilah (berpegang) kepada satu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan suatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling
maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang
berserah diri (pada Allah)”. (QS. Ali Imran: 64)
Barangsiapa mencari
agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran:
85)
Bukti bahwa ajaran
Rosulallah sangatlah bertentangan dengan pluralism adalah kedatangan beliau
sendiri sebagai seorang utusan Tuhan. Bagaimana dikisahkan oleh para sejarawan
arab, dimana saat Beliau saw. lahir, api sesembahan para pengikut zorodester
majusi di Persi tiba-tiba padam setelah
sekian tahun lamanya berkobar hingga dianggap oleh orang persi sebagai jelmaan
dari dewa mereka. Kedatangan Rosulallah dengan cahaya inilah bukti kebenaran hakiki
yang kelak akan memadamkan api kesesatan para kaum paganism.
Fathul Makkah
juga merupakan bukti otentik tentang perlawanan Islam terhadap pluralism.
Bagaimana kaum muslimin waktu itu menghancurkan berhala-berhala kaum kafir
Quraisy yang mereka pajang di sekeliling ka’bah sebagai sesembahan mereka.
Andaikata pluralism itu benar, lalu mengapa para muslimin menghancurkan
berhala-berhala itu? Jawabannya adalah karena berhala-berhala itu bukan Tuhan,
dan paganism itu adalah agama sesat yang harus diberi petunjuk hidayah
kebenaran.
Kaum yahudi dan nasrani
memiliki porsi lain di zaman Rosulallah saw. Mereka adalah penganut agama
samawi yang sebenarnya sejalan dengan Islam, namun karena campur tangan para
ahli kitab yang tak bertanggung jawab, banyak nokta-nokta agama yang mereka
selewengkan, bahkan saking parahnya penyelewengan itu hingga mereka menambah
jumlah tuhan mereka menjadi dua, tiga
dan yang lainnya. Jika demikian halnya, maka sama saja kaum yahudi, nasrani itu
dengan para paganis penyembah berhala. Dari sinilah kenapa Islam menolak Yahudi
dan Nasrani untuk berpluralisme. Dari sini pula lah kenapa ajakan Islam kepada
dua agama Yahudi, Nasrani ini berbeda dari agama-agama yang lain. Dua agama
samawi ini hanya perlu pengembalian kebenaran akidah mereka dari penyelewengan,
sedangkan agama paganism atau atheis berada pada tahap awal tentang perlunya penanaman
akidah dari ketidak-adaan menjadi percaya pada satu Tuhan yang tanpa sekutu.
PENUTUP
Ideologi pluralism yang
dengan lantang hendak menyetarakan semua umat beragama sangatlah tidak sesuai
dengan tuntutan yang pernah diajarkan oleh panutan kita, Rosulallah saw., pada
kita. Selain itu juga tidak sesuai dengan fitrah islami yang dibawa oleh
nabi-nabi sebelumnya. Bagaimana tidak, kedatangan mereka justru bermotivasi dengan misi untuk menyadarkan manusia dari
kesesatan agama paganism atau atheism menuju monotheisme dengan satu Tuhan yang
hakiki. Andaikata pluralism itu benar pastilah Nabi Ibrahim tak akan sampai
hati merusak berhala-berhala kaumnya hingga dia harus dibakar hidup-hidup. Dan
pastilah Nabi Musa tak akan naik pitam, mejulang emosinya saat melihat kaumnya,
Bani Israel menyembah sapi hingga ahirnya ia pun mengancurkan ptung sapi itu.
Andai pluralism yang mereka kibarkan itu benar-benar benar maka pengutusan
seorang rosul pada kaumnya hanya suatu hal yang sia-sia saja karena semua agama
benar. Dan maha suci Allah dari hal-hal yang sia-sia. Wa Allahu a’lam.[]
hah??
BalasHapus