Menu

Selasa, 25 September 2012

Beda Berilmu dan Tak Berilmu




عن أبى سعيد الخدرى أن نبى الله -صلى الله عليه وسلم- قال « كان فيمن كان قبلكم رجل قتل تسعة وتسعين نفسا فسأل عن أعلم أهل الأرض فدل على راهب فأتاه فقال إنه قتل تسعة وتسعين نفسا فهل له من توبة فقال لا. فقتله فكمل به مائة ثم سأل عن أعلم أهل الأرض فدل على رجل عالم فقال إنه قتل مائة نفس فهل له من توبة فقال نعم ومن يحول بينه وبين التوبة انطلق إلى أرض كذا وكذا فإن بها أناسا يعبدون الله فاعبد الله معهم ولا ترجع إلى أرضك فإنها أرض سوء. فانطلق حتى إذا نصف الطريق أتاه الموت فاختصمت فيه ملائكة الرحمة وملائكة العذاب فقالت ملائكة الرحمة جاء تائبا مقبلا بقلبه إلى الله. وقالت ملائكة العذاب إنه لم يعمل خيرا قط. فأتاهم ملك فى صورة آدمى فجعلوه بينهم فقال قيسوا ما بين الأرضين فإلى أيتهما كان أدنى فهو له. فقاسوه فوجدوه أدنى إلى الأرض التى أراد فقبضته ملائكة الرحمة  (رواه مسلم)


Dalam hadits di atas sahabat Abi Said Al Hudri meriwayatkan hadist dari nabi Muhammad saw. Bahwa beliau bercerita tentang suatu kisah seorang laki-laki yang hidup di zaman sebelum islam datang. Diceritakan bahwa laki-laki itu telah membunuh 99 orang dengan tangannya sendiri. Kemudian entah karena ada perasaan menyesal atau apa, lalu laki-laki itu bertanya kepada seseorang akan sosok yang paling Alim di bumi ini. Lalu ia pun ditunjukkan kepada seorang Rahib. Setelah ia mendatangainya lalu bertanya bahwasannya ia telah membunuh 99 nyawa manusia. Apakah ia masih mempunyai kesempatan untuk bertaubat??
Sang Rahibpun menjawab "tidak", seketika rohib itupun ia bunuh hingga genap 100 orang yang menjadi korban pembunuhannya.
Kemudian entah ada rasa sesal atau apa, di kemudian hari laki-laki pembunuh itu bertanya lagi tentang siapa orang yang paling Alim di bumi ini?? Lalu ia pun ditunjukkan untuk datang kepada seorang laki-laki yang Alim, berilmu. Ia pun bertanya saa dengan pertanyaan awalnya, yaitu apakah ia masih bisa taubat setelah membunuh 99 nyawa dan digenapkan 100 dengan nyawa Rahibyang ia bunuh?
"ya! Taubatmu pasti diterima. Siapa yang menghalangimu sehingga kau tak bisa taubat? (tak ada). Laki-laki Alim itu pun menjawab akan keinginan taubat dari si pembunuh itu.
"pergilah kau ke negeri A karena di sana ada banyak manusia yang beribadah, menyembah kepada Allah maka beribadahlah kau bersama mereka, dan jangan kau kembali ke negaramu karena negaramu adalah Negara yang keji, jelek." Tambah sang Alim memerintah pembunuh itu bagaimana menjalankan taubatnya.
Laki-laki bekas pembunuh itu pun bergegas berangkat ke negeri yang di perintahkan oleh orang Alim tadi. Tapi sungguh disayangkan, ternyata dalam perjalanannya ia harus menghadapi kematian sebelum sampai ke Negara tujuan.
Malaikat rahmat dan malaikat adzab pun berdebat tentang laki-laki itu. Apakah ia pantas disiksa atau kah ia mendapat rahmat dari Allah?
"ia datang dengan hati berharap ingin taubat pada Allah." Sang malaikat rahmat membela.
"ia sama sekali tidak pernah beramal baik sekalipun." Tentang malaikat adzab bertahan pada kekerasannya.
Kemudian Allahpun mengutus seorang malaikat dalam bentuk manusia yang adatang memberi solusi tentang masalah laki-laki pembunuh itu. "Ukurlah jarak laki-laki ini dengan jarak dua Negara yang ingin ia datangi dan ingin dia tinggalkan. Mana diantara keduanya yang lebih dekat maka Malaikat itulah yang berhak mengambil laki-laki itu."
Keduanya pun mengukur jarak di tempat laki-laki itu terbunuh sampai Negara yang ia tuju. Dan jaraknya dari Negara yang ia tinggalkan. Kemudian dengan rahmat Allah awt ternyata jarak laki-laki itu dengan Negara tujuan lebih dekat maka malaikat rahmat pun lalu mengambilnya.

Wahai temanku?!!
Tahukah kau tentang rasa manis dari pelajaran kisah itu?
Satu, betapa kita bisa lihat bedanya antara rohib dan sang Alim. Rohib dalam bahasa arab digunakan semakna dengan kata abid, yaitu orang yang suka beribadah. Rohib ini walau suka beribadah akan tetapi ia tidak punya ilmu tentang bagaimana cara bertaubat. Sehingga ketidaktahuaanya malah membuat dia semena-mena menjawab, dan ahirnya pun harus kehilangan nyawa.
Beda dengan sang Alim yang berjalan dengan ilmu. Ia mengetahui bahwa akan keluasan rahmat allah yang maha agung, yang menerima taubat segala macam dosa kecuali syirik. Maka ia pun malah balik bertanya, siapa yang menghalangimu dari taubat?? Sepertinya lucu, karena ia tahu tak ada penghalang bagi seorang hamba untuk bertaubat.
Dua, temanku, saat kau ditanya seseorang untuk menunjukkan sesuatu yang dicari maka tunjukkanlah pada tempatnya. Jika orang itu mencari orang Alim maka tunjukkanlah pada orang Alim, jangan yang lain. Kita lihat saja nasib rohib. Gara-gara salah orang ahirnya dijawab salah pula. Dibunuh deh ahirnya. Pelajaran ni!!? Don't forget!!
Tiga, sang Alim setelah menjawab bahwa kamu masih punya harapan untuk bertaubat pada allah, kemudian ia menunjukkan cara bagaimana agar si pembunuh itu bisa melaksanakan taubatnya. Ada tiga yang dikatakan:
1.      Berkumpul dengan orang-orang yang suka beribadah pada Allah swt.
2.      Beribadahlah kau di sana bersama mereka. Potongan ini memberi ibarat bahwa buat apa kita kumpul orang-orang saleh namun kita sendiri tidak jadi saleh. Maka jadilah saleh bersama orang-orang saleh di sekelilingmu.
3.      Jangan kau kembali ke Negaramu yang jelek. Negara yang telah membuatmu menjadi seorang pembunuh.
Dari ketiga poin kita lihat betapa pentingnya sahabat, orang yang berada di sekeliling kita. Mereka member efek negative jika mereka mengandung ion negative. Dan mereka akan memberi kita efek positive jika mereka positif. Sama seperti ketika kita berada di took minyak wangi. Kita akan berbau wangi.
Wahai teman, masih banyak pelajaran yang kita bisa petik dari hadits itu. Bacalah kembali dan coba renungi. Sebenarnya di depan kita sudah ada makanan lezat, hanya kita saja yang tidak tahu.
Senyum…!?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar