Menu

Kamis, 27 September 2012

Lirikan Cengkrama Kalam Malam


Lirikan Cengkrama Kalam Malam

Kurasa debu-debu ini semakin terasa sesak di dadaku.
Ya Allah…berikan aku jalan kembali.
Menuju cinta yang pernah kau janji.

Berawal dari tawa,
Kukira, kuharus kurangi tawaku.
Ingat sudah terlalu jauh menyimpang bahu.
Hentakan hati seakan bilang
Kembalilah…
Kembalilah anak manisku.
Kau hanya ditipu oleh cinta-cinta palsu.

Kupernah mampir di rumah cinta
Yang dibicarakan banyak orang katanya.
Kupandang seluruh isi rumah berharap pesona
Namun yang kutemui hanya panci-panci belepot hina.

Kucoba rayu hati, itu adalah sambutan
Tapi ternyata tuan rumah marah bermata tajam
Menyuguhkan arak anggur penyayatan.
Dasar sial
Ini rumah cinta atau rumah hina?

Kuhampiri si tuan Harapan
Namun dia tetap katakan bahwa Dewi Cinta bukan yang mereka katakan
Kutanya balik, lalu siapa sang Dewi Cinta itu?
Dia hanya terlihat diam.
Dan terus diam, hingga aku ahirnya bosan.
Kubentak bermata belalak,
Jangan main-main denganku.
Kusedang bingung, jangan kau putar kocak keadaan.

Pernah aku terjebak oleh Bajak Cinta.
Di samping dekat tengah selat asmara.
Kutanya padanya
Cinta, kenapa kau menginginkan hatiku?
Namun dia membentak, diam kau! Mana uangmu?
Jika tidak, enyahlah dari hadapanku

Aku pun diam, termenung, heran, tak kuserahkan uangku
Kupilih lari dengan sakit hati terbelenggu.
Sang bajak cinta pun tak terima itu.
Ia lempar hunusan pedangnya ke arahku,
Untung cuma kena baju.

Aku berhenti dan lalu tersenyum pilu
Mencoba sadar akan sebuah tipu
Kupandang Bajak tegar tanpa malu
Jika kau tahu aku miskin kenapa kau bajak aku?

Aku pun ditinggalkan dalam langkahku yang tegang
Kutanya malam, apakah seperti itu fenomena cinta?
Dia bilang, 'iya'.
Dasar bodoh
Kumaki dia, kuludahi, kutendang, dan kuberi satu tamparan tajam
Jika itu cinta, mengapa ambil uang sodorkan pedang?

Sang malam pun tak terima kuhina
Ia cengkram tangan lalu menukikku berkata
Kau ingin cari cinta? Bentaknya.
Iya, kujawab lara.
Pandang langit, Ia tak di sana
Keruk bumi, kau tak kan menemukan-Nya.
Belah hati Ia tak bersembunyi
Cekik leher, kau kan tahu setelah mati.

Sang malam pun lalu terbahak-bahak dalam tawa.
Kenapa kau tertawa? Gertakku tak terima
Dia pun masih tetap tertawa dan terus tertawa
Hingga ahirnya lidah pedasku kuterpa ke mukanya
Dasar kau si Malam gila.



 Identitas Penulis :
Nama                           : Mohamad Bejo
Edukasi                        : Mahasiswa semester 8 (delapan), Di Al Ahgaff University,  
                                       Fakultas Syariat, Yaman. 
Alamat di Yaman         : Tareem, Hadromout, Yaman.
Alamat e-mail               : bahrul_jalil7@yahoo.co.id

1 komentar: